Senin, 27 April 2015

Manakah yang lebih baik: dikremasi atau dikubur? (Khatolik)

Banyak orang sangat takut untuk di kremasikan, sehubungan dengan pada kedatangan Yesus yang ke dua kali akan dibangkitkan karena sudah dibakar jadi tidak dapat bangkit. meskipun jadi tanah atau dibakar sama2 habis. Pertanyaannya: Yang akan dibangkitkan itu tubuh rohani atau tubuh jasmani(fana).

I. Penguburan dan Kremasi:

(1) Jemaat Kristen perdana memang tidak menggunakan cara kremasi, karena mengikuti Kristus yang dikuburkan. Dan kita dapat melihat dalam sejarah bahwa banyak orang yang mencoba untuk menyelamatkan bagian tubuh dari para martir untuk diadakan penguburan secara kristen. Bahkan orang-orang kafir pada masa-masa awal mencoba untuk menghancurkan iman Kristen dengan membakar para martir Kristen, dengan harapan bahwa mereka tidak dapat bangkit lagi.
(2) Alasan utama bahwa pada masa-masa awal, Gereja tidak memperbolehkan kremasi karena begitu banyak praktek-praktek dari para “kafir” dan juga “freemasons” yang mengkremasi orang yang meninggal. Dan bagi jemaat Kristen yang mengkremasikan tubuh orang yang meninggal dikhawatirkan mengikuti jejak para kafir dan freemasons, yang tidak percaya akan kebangkitan badan. Hal ini juga diungkapkan di dalam:
Katekismus Gereja Katolik, 2301 “Otopsi jenazah demi pemeriksaan pengadilan atau demi penyelidikan ilmiah diperbolehkan secara moral. Penyerahan organ tubuh secara cuma-cuma sesudah kematian, diperbolehkan dan dapat sangat berjasa. Gereja mengizinkan pembakaran mayat, sejauh ini tidak ingin menyangkal kepercayaan akan kebangkitan badan.”
Dan kanon 1176 § 3. “Gereja menganjurkan dengan sangat, agar kebiasaan saleh untuk mengebumikan jenazah dipertahankan; namunGereja tidak melarang kremasi, kecuali cara itu dipilih demi alasan-alasan yang bertentangan dengan ajaran kristiani.
(3) Hal yang lain juga ada banyak alasan kepraktisan, dimana ada banyak negara yang mempunyai keterbatasan tanah, misalkan Singapura, yang tidak mempunyai tempat penguburan yang cukup.
(4) Jadi dari dasar-dasar di atas, maka kita dapat menarik kesimpulan: seorang Katolik kalau meninggal sebaiknya dikubur. Kalau memang tidak memungkinkan dan alasannya bukan karena tidak percaya kebangkitan badan atau hal-hal yang bertentangan dengan iman Katolik, maka kremasi tidak dilarang. Namun abu dari hasil kremasi tidak boleh ditaburkan di laut, untuk menghormati kesakralan tubuh, tempat di mana jiwa manusia tinggal sebelumnya, yang nanti juga akan dibangkitkan pada penghakiman terakhir. Jika sampai dilakukan kremasi, maka abu seluruhnya dimasukkan dalam kolumbarium atau dikubur.
Ketentuannya adalah:
NORMA LITURGIS TENTANG KREMASI
Kongregasi Penyembahan Ilahi
KETENTUAN PEMAKAMAN KRISTEN, Appendiks 2, “Kremasi” ….
417. Abu jenazah yang dikremasi harus diperlakukan dengan penghormatan yang sama yang diberikan kepada tubuh manusia asalnya. Ini termasuk penggunaan bejana yang layak untuk menyimpan abu tersebut, cara bejana abu itu dibawa, dan perlakuan dan perhatian kepada penempatan yang layak dan transportasinya dan perletakan akhir bejana abu tersebut. Abu jenazah yang dikremasi harus dikubur di makam atau disemayamkan di rumah abu milik keluarga (mausoleum) atau kolumbarium. Praktek menyebarkan abu kremasi di laut, dari udara, atau di atas tanah, atau menyimpan abu kremasi di rumah saudara atau teman dari orang yang meninggal, bukan merupakan sikap penghormatan yang disyaratkan oleh Gereja. Jika memungkinkan, harus dipilih cara-cara yang layak untuk mengabadikan kenangan akan orang yang meninggal itu dengan cara yang terhormat, seperti dibuatnya plakat atau batu yang mencantumkan nama dari orang yang meninggal.”

II. Kebangkitan badan

Jiwa kita yang bersifat kekal, pada saat penghakiman terakhir akan bersatu kembali dengan badan kita. Katekismus mengatakan “Oleh kematian, jiwa dipisahkan dari badan; tetapi dalam kebangkitan, Allah akan memberi kehidupan abadi kepada badan yang telah diubah, dengan mempersatukannya kembali dengan jiwa kita. Seperti Kristus telah bangkit dan hidup untuk selamanya, demikian juga kita semua akan bangkit pada hari kiamat.” (KGK, 1016). Jadi apakah yang dibangkitkan adalah tubuh rohani atau fana, maka lebih tepatnya adalah “badan yang telah diubah” atau “glorious body“, seperti yang dialami oleh Kristus pada saat kebangkitan-Nya. Dalam kondisi ini, Maria Magdalena tetap mengenali Kristus, namun dalam keadaan yang telah dimuliakan.
(a) Rasul Paulus mengkoreksi pandangan dari platonis yang percaya bahwa kebangkitan hanyalah suatu yang bersifat spiritual. Oleh karena itu rasul Paulus di 1 Kor 15:12-23 mengatakan:
12 Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? 13 Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. 14 Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. 15 Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus–padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan. 16 Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. 17 Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. 18 Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. 19 Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia. 20 Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. 21 Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. 22 Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. 23 Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.
(b) Manusia dikatakan sebagai manusia karena persatuan antara tubuh dan jiwa yang tak terpisahkan. Jadi pada waktu kita dibangkitkan, maka persatuan antara tubuh dan jiwa akan terjadi dalam bentuk yang lebih sempurna, karena tubuh mendapatkan bentuk yang telah diubah atau dimuliakan dan menjadi kekal, sehingga dapat bersatu secara kekal dengan jiwa.
(c) Seperti apakah badan yang diubah dan dimuliakan? Kita tidak dapat mengatakan bahwa yang dibangkitkan adalah tubuh rohani dalam pengertian tidak ada wujud fisik dan sama sekali terpisah dan tidak berhubungan dengan tubuh jasmani kita waktu di dunia ini. Namun kita tidak dapat juga mengatakan tubuh yang dibangkitkan adalah sama seperti tubuh yang kita punyai saat kita di dunia. Yang dikatakan di dalam Alkitab dan pengajaran Gereja adalah tubuh yang telah diubah“, yang memang tidak dapat kita bayangkan. Namun itulah yang dijanjikan oleh Tuhan sendiri.
Rasul Paulus menjelaskannya di 1 Kor 15:35-54 :
35 Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: “Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?” 36 Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu. 37 Dan yang engkau taburkan bukanlah tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit, umpamanya biji gandum atau biji lain. 38 Tetapi Allah memberikan kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya: Ia memberikan kepada tiap-tiap biji tubuhnya sendiri. 39 Bukan semua daging sama: daging manusia lain dari pada daging binatang, lain dari pada daging burung, lain dari pada daging ikan. 40 Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi. 41 Kemuliaan matahari lain dari pada kemuliaan bulan, dan kemuliaan bulan lain dari pada kemuliaan bintang-bintang, dan kemuliaan bintang yang satu berbeda dengan kemuliaan bintang yang lain. 42 Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. 43 Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. 44 Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah. 45 Seperti ada tertulis: “Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup”, tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan. 46 Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang rohaniah. 47 Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga. 48 Makhluk-makhluk alamiah sama dengan dia yang berasal dari debu tanah dan makhluk-makhluk sorgawi sama dengan Dia yang berasal dari sorga. 49 Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi. 50 Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa. 51 Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, 52 dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. 53Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati. 54 Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: “Maut telah ditelan dalam kemenangan.”
Untuk mempelajarari tentang hal ini secara lebih detail, silakan membaca Katekismus Gereja Katolik no: 992-1004.
Mari kita bersama-sama menaruh pengharapan yang teguh kepada Kristus yang bangkit, dan kita yang ‘mati’ terhadap dosa melalui Pembaptisan dan juga tetap setia kepada-Nya sampai kita meninggal di dalam Kristus, kita juga akan dibangkitkan pada akhir jaman, sehingga kita dapat bersatu dengan Kristus selama-lamanya.
Alleluia!
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef tay –sumber  http://www.katolisitas.org

2 komentar:

  1. Menurut aturan Gereja Katolik : abu jenazah bisa dilarung dilaut dengan cara membenamkan guci atau container dengan abu jenazah didalamnya.Guci bisa diberi lubang supaya air masuk untuk membantu guci tenggelam di dasar laut. Simbol: pemakaman laut. Masalah abunya tersebar setelah di dlm air tidak masalah. Karena ini process alami seperti abu /tulang yg tersebar di dalam tanah juga sama.

    BalasHapus
  2. Menurut aturan Gereja Katolik : abu jenazah bisa dilarung dilaut dengan cara membenamkan guci atau container dengan abu jenazah didalamnya.Guci bisa diberi lubang supaya air masuk untuk membantu guci tenggelam di dasar laut. Simbol: pemakaman laut. Masalah abunya tersebar setelah di dlm air tidak masalah. Karena ini process alami seperti abu /tulang yg tersebar di dalam tanah juga sama.

    BalasHapus

 
"
". " ".